bahasa jurnalistik
bahasa jurnalistik
Secara spesifik, bahasa jurnalistik
dapat dibedakan menurut bentuknya, yaitu bahasa jurnalistik surat kabar, bahasa
jurnalistik tabloid, bahasa jurnalistik majalah, bahasa jurnalistik radio
siaran, bahasa jurnalistik televisi, dan bahasa jurnalistik media online
internet. Bahasa jurnalistik surat kabar, misalnya, kecuali harus tunduk kepada
kaidah atau prinsip-prinsip umum bahasa jurnalistik, juga memiliki ciri-ciri
yang sangat khusus atau spesifik. Hal inilah yang membedakan dirinya dari
bahasa jurnalistik media lainnya.
Ada tujuh belas ciri utama bahasa
jurnalistik yang berlaku untuk semua bentuk media berkala tersebut, yaitu:
Sederhana: Sederhana berarti selalu mengutamakan atau memilih kata atau
kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat
heterogen, baik dilihat dari tingkat intelektualitasnya maupun karakteristik
demografis dan psikografisnya.
Singkat: Singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point),
tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang
sangat sederhana.
Padat: Padat berarti sarat informasi. Setiap kalimat dan paragraf yang
ditulis memuat banyak informasi penting dan menarik untuk khalayak pembaca.
Lugas: Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari
eufemisme atau penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan khalayak
pembaca sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi.
Jelas: Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur.
Jelas di sini mengandung tiga arti: jelas artinya, jelas susunan kata atau
kalimatnya, dan jelas sasaran atau maksudnya.
Jernih: Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus,
tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka
atau fitnah. Kata dan kalimat yang jernih berarti kata dan kalimat yang tidak
memiliki agenda tersembunyi di balik pemuatan suatu berita atau laporan.
Menarik: Artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak
pembaca, memicu selera baca, serta membuat orang yang sedang tertidur, terjaga
seketika.
Demokratis: Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan,
pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa.
Bahasa jurnalistik menekankan aspek fungsional dan komunal sehingga sama sekali
tidak dikenal pendekatan feodal sebagaimana dijumpai pada masyarakat dalam
lingkungan priyayi dan keraton.
Populis: Populis berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apa pun yang
terdapat dalam karya-karya jurnalistik harus akrab di telinga, di mata, dan di
benak pikiran khalayak pembaca.
Logis: Artinya, apa pun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat,
atau paragraf jurnalistik harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan
akal sehat (common sense).
Gramatikal: Berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apa pun yang terdapat
dalam karya-karya jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku.
Menghindari kata tutur: Kata tutur
adalah kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari secara informal.
Contoh: bilang, dibilangin, bikin, kayaknya, mangkanya, kelar, jontor, dll..
Menghindari kata dan istilah asing:
Berita atau laporan yang banyak diselipi kata-kata asing, selain tidak
informatif dan komunikatif, juga sangat membingungkan. Menurut teori
komunikasi, media massa anonim dan heterogen, tidak saling mengenal dan
benar-benar majemuk.
Pilihan kata (diksi) yang tepat:
Bahasa jurnalistik sangat menekankan efektivitas. Setiap kalimat yang disusun
tidak hanya harus produktif, tetapi juga tidak boleh keluar dari asas
efektivitas. Artinya, setiap kata yang dipilih memang tepat dan akurat, sesuai
dengan tujuan pesan pokok yang ingin disampaikan kepada khalayak.
Mengutamakan kalimat aktif: Kalimat
aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada
kalimat pasif. Kalimat aktif lebih memudahkan pengertian dan memperjelas
pemahaman, sedangkan kalimat pasif sering menyesatkan pengertian dan
mengaburkan pemahaman.
Menghindari kata atau istilah
teknis: Karena ditujukan untuk umum, bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah
dipahami, ringan dibaca, tidak membuat kening berkerut apalagi sampai membuat
kepala berdenyut. Bagaimanapun, kata atau istilah teknis hanya berlaku untuk
kelompok atau komunitas tertentu yang relatif homogen. Realitas yang homogen,
menurut perspektif filsafat bahasa, tidak boleh dibawa ke dalam realitas yang
heterogen. Selain tidak efektif, itu juga mengandung unsur pemerkosaan.
Tunduk kepada kaidah etika: Salah
satu fungsi utama pers adalah mendidik. Fungsi ini bukan saja harus tercermin
pada materi isi berita, laporan gambar, dan artikel-artikelnya, melainkan juga
harus tampak pada bahasanya. Pada bahasa tersimpul etika. Bahasa tidak saja
mencerminkan pikiran seseorang, tetapi sekaligus juga menunjukkan etika orang
itu. Sebagai pendidik, pers wajib menggunakan serta tunduk kepada kaidah dan
etika bahasa baku.
Comments
Post a Comment